Kebenaran yang Sederhana

Dalam sebuah tulisannya, Anand Khrisna pernah menyampaikan bahwa “kebenaran itu sederhana”, dimana tidak dibutuhkan suatu kecerdasan yang tinggi untuk merasakannya. Namun saat ini kebenaran itu menjadi sulit adanya, disaat banyaknya pihak yang meracuni kebenaran dengan kata-kata termasuk dengan hukum dan pasal-pasal.
Lihat saja gambaran jalan-jalan kota kita saat ini, terpampang ratusan foto, spanduk, poster dan atribut lainnya dan jika anda memiliki waktu, perhatikanlah sejenak permainan kata-kata dari setiap pajangan tersebut, hampir seluruhnya menyatakan dirinya lah yang benar.
Ini adalah kategori kebenaran menurut diri sendiri. Bagaimana jika orang yang menyatakan kebenaran itu masih ragu terhadap mutu diri sendirinya atau bahkan ternyata dirinya bodoh? Bagaimana kalau tidak hanya bodoh, tapi juga jahat. Sudah goblok, jahat pula. Maka bagaimana mungkin kebenaran versi si bodoh dan si jahat ini bisa dipercaya?
Disisi lainnya, sejumlah pendukung dan simpatisan, juga berusaha meyakinkan bahwa caleg yang diusung dan dibelanya itu adalah benar. Kebenaran jenis ini juga rawan pembengkokan. Terutama jika pendukung dan simpatisan itu, meksipun banyak, tapi memiliki budaya gerombolan, watak mabokrasi, gerudukisme dan gemar main keroyok. Dan jika menang, kemenangan orang-orang ini pasti bukan karena kebenarannya, melainkan karena keroyokannya itu. Ada kebenaran yang dibenarkan karena backing, karena kekuasaan dan tekanan. Kebenaran berbasis ketakutan semacam ini pasti sulit disebut kebenaran.
Lalu, kebenaran yang seperti apa yang dianggap benar? kebenaran yang dianggap benar itu adalah kebenaran itu sendiri dan untuk merasakannya, kita hanya butuh sebuah instink kebenaran. Bukankah pengalaman mengajarkan, siapa bermulut manis, pasti malah menimbukan rasa curiga. Kenapa orang yang sok akrab, malah menyebalkan, orang yang hendak menipu malah begitu sopan tindak tanduknya, kenapa orang yang gemar ingkar, justru adalah orang yang gemar berjanji, dan orang yang ngotot minta dipercayai, adalah orang yang punya bakat besar mengkhianati.
Inilah kenapa kebenaran itu dianggap sebagai barang yang mudah dan sederhana, karena apapun bungkusnya, selalu tampak begitu jelasnya.
Sumber Bacaan : Great Spirit by Prie.GS

0 comments: